Wayangmerupakan salah satu warisan budaya bangsa yang telah mampu bertahan, dari waktu ke waktu, dengan mengalami perubahan dan perkembangan sampai berbentuk seperti sekarang ini.Daya tahan wayang yang luar biasa terhadap berbagai perubahan pemerintahan, politik, sosial budaya maupun kepercayaan membuktikan bahwa wayang mempunyai fungsi dan Dari15 jenis ungkapan itu, hanya 5 jenis yang diunggah dalam makalah ini, yaitu: (1) sesonggan, (2) sesenggakan, (3) wewangsalan, (4) sloka, dan (5) raos ngempelin. 3.2 Transformasi Kearifan Lokal dalam Lakon Wayang Bali. Ungkapan-ungkapan lisan Bali dalam wayang yang dimanfaatkan oleh sang dalang, baik secara langsung maupun melalui dialog Wayangkulit adalah contoh yang paling bagus. Hingga hari ini pergelaran wayang kulit tidak pernah mati dan para dalang wayang kulit masih terus bertahan di tengah gempuran industri hiburan modern. Salah satu menyebab bertahannya pertunjukan wayang kulit adalah pola kehidupan tradisional yang kuat meski para penonton sudah memasuki cara hidup Karenapengrajin wayang jarang," ungkapnya. Untuk itu, Hartono hanya mampu membuat 6-7 wayang kulit dalam sebulan. Sebab untuk membuat satu wayang rata-rata membutuhkan waktu selama 5-6 hari. Belum lagi jika ukurannya berbeda. Terlebih lagi proses pembuatan wayang kulit di rumah Hartono masih dilakukan secara tradisional. 1BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pertunjukan wayang kulit hingga sekarang tetap populer serta sering dipergelarkan. Wayang kulit merupakan seni per Author: Susanti Gunardi. 5 downloads 107 Views 299KB Size. Report. DOWNLOAD PDF. Recommend Documents \PESAN-PESAN MORAL PADA PERTUNJUKAN WAYANG KULIT . Memangpada masa sekarang pertunjukan wayang lumayan lebih mahal apalagi dengan dalang Ki Anom Surata tapi pada kenyataannya sekarang wayang masih diminati dan masih tenar sampai sekarang.Bukan tentang harga tapi tentang bagaiman penonton bisa menikmati pertunjukan yang bisa bertahan sampai dini hari . Saya sangat kagum karena mana mungkin ada n9w9. Jawaban Pertunjukan wayang bertahan sampai sekarang karena wayang merupakan salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia. Wayang dianggap memiliki nilai sangat berharga dalam pembentukan karakter dan jati diri bangsa serta peradaban Indonesia. Pembahasan Wayang mulai dikenal dan berkembang di Nusantara sejak 1500 SM sebagai bagian ritual. Wayang dianggap memiliki nilai sangat berharga dalam pembentukan karakter dan jati diri bangsa serta peradaban Indonesia. Dalam perkembangannya wayang merupakan salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan seni perlambang. Wayang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan. Oleh karena itu wayang dianggap memiliki nilai sangat berharga dalam pembentukan karakter dan jati diri bangsa serta peradaban Indonesia. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal dengan keberagaman budaya dan kearifan lokal yang melimpah yang sudah menjadi ciri khas sekaligus bagian dari kehidupan masyarakat. Dan bahkan di era perkembangan zaman saat ini, keberagaman budaya lokal ini terus berkembang dan masih melekat dalam kehidupan masyarakatnya. Hal ini terbukti dari keberadaan wayang sebagai salah satu budaya lokal yang berawal dari pulau Jawa yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat hingga keberadaannya mampu berkembang pesat dan diakui oleh masyarakat luar negeri. Dan bahkan UNESCO juga telah mengakui wayang Indonesia sebagai World Master Piece of Oral and Intagible Heritage of Humanity tepatnya pada 7 November tahun 2003 Hilwin, 2013. Namun kenyataannya, keberadaan wayang yang begitu popular dan dinikmati oleh masyarakat belahan dunia justru berbanding terbalik dengan bangsanya sendiri yang mulai jarang mengagumi dan melupakan budayanya tersebut. Dan hal ini terjadi karena anak generasi muda sekarang ini cenderung lebih tertarik dan bangga dengan kesenian yang ada di luar negeri daripada warisan budaya lokal yang mengandung banyak nilai luhur bangsa. Pasalnya, budaya lokal wayang inilah merupakan salah satu modal dan kekayaan bangsa yang harus terus-menerus di lestarikan dan dipertahankan agar keberadaannya mampu eksis dan bertahan mengikuti perkembangan zaman modern saat ini. PEMBAHASAN Wayang merupakan salah satu kesenian yang berawal dan berkembang di Pulau wayang sendiri berasal dari kata "Mah Hyang" yang berarti Tuhan Yang Maha Esa. Namun ada juga yang menyatakan bahwa kata wayang memiliki arti mempertunjukkan bayangan, hal ini dikarenakan penonton menikmatinya dari bayangan boneka pahatan kulit atau kayu yang diperankan oleh seorang dalang. Meskipun kegunaannya hanya sebagai bahan tontonan dan pertunjukan belaka, namun jalur ceritanya menyimpan nilai-nilai luhur bangsa yang mampu mengajarkan banyak ajaran positif bagi masyarakat yang menikmatinya baik nilai etika, moral, dan lain sebagainya. Dan hingga saat ini, hasil warisan pada masa Wali Songo yang digunakan sebagai media penyiaran agama Islam pada masa itu mampu berkembang pesat dan tetap eksis di era perkembangan zaman saat ini. Dan bahkan hasil budaya ini juga terbukti di akui oleh UNESCO sebagai world Master Piece of Oral and Intagible Heritage of Humanity tepatnya pada 7 November tahun 2003 Hilwin, 2013. Wayang juga memiliki beragam jenis yang pernah diselenggarakan oleh masyarakat Indonesia diantaranya adalah wayang beber, wayang kulit, wayang golek, wayang krucil atau wayang klithik, wayang orang, wayang topeng, wayang cepak, wayang gedhog, wayang sadat, wayang potehi atau wayang makao, wayang wahyu, wayang kancil, dan wayang ukur Hilwin, 2013. Dengan demikian, kehadiran wayang di tengah kehidupan masyarakat merupakan wujud keunggulan budaya lokal tersendiri yang telah mendunia disamping segudang keunikan yang terkandung di dalamnya dari berbagai aspek baik aspek budaya, sejarah, bahasa, pertunjukan, dan lain sebagainya. Untuk itu, kita sebagai generasi penerus bangsa dapat menjaga dan memperkenalkan kelestarian budaya wayang ini sebagai wujud budaya yang unggul dan inovatif yang dapat di sesuaikan oleh jiwa anak muda saat ini dengan memanfaatkan teknologi dan media sosial yang ada. Sebab, inovasi dan kreasi budaya wayang sangat dibutuhkan agar wayang tidak sekadar dijadikan sebagai hal yang monoton belaka dan tergerusnya budaya melainkan sebagai budaya yang mampu menjadi sumber identitas dan relasi bangsanya. Pertunjukan wayang yang semakin maju dan kreasi di antara dinamika masyarakat saat ini dapat bermanfaat bagi eksistensi budaya wayang berkembang dan eksis di seluruh lingkungan masyarakat negeri maupun luar negeri disamping tantangan yang ada dalam perkembangannya. Untuk itu, regenerasi pertunjukan wayang di masyarakat menjadi komersial juga dapat dilakukan melalui beberapa upaya agar keberadaanya dapat menarik minat masyarakat generasi muda saat ini. Pertama, perubahan penggunaan lampu dari lampu "blencong" ke petromark dan sekarang menjadi lampu listrik. Pada masa itu blencong merupakan lampu yang masih sederhana yang memiliki sumbu tidak lurus dan bergoyang-goyang namun mampu menghadirkan bayangan yang bagus dan hidup di masa itu. Dan kemudian seiring perkembangan teknologi kemudian muncullah lampu petromark sebagai media terselenggaranya wayang ini meskipun penggunaannya tidak begitu lama. Hingga akhirnya di era modern saat ini, pertunjukan wayang di Indonesia dilakukan dengan menggunakan lampu listrik. Sebab, lampu ini mampu menghidupkan suasana wayang menjadi lebih hidup di samping beragam efek lampu yang warna warni yang disesuaikan dengan efek suara kilat serta guntur yang dimainkan oleh para penabuh gamelan dan sinden. Kedua, memasukkan unsur-unsur lawakan, tari, musik campursari dan dangdut, dan lain sebagainnya dalam pertunjukan wayang. Dengan adanya semua itu, maka pertunjukan wayang akan semakin menonjol dan seru disamping jalur ceritanya yang menyimpan dan mengajarkan nilai-nilai budaya bangsa. Ketiga, memperbanyak dan memanfaatkan kehadiran para pesinden atau waranggana. Sebab, adanya kehadiran para pesinden inilah pertunjukan wayang akan semakin hidup dan mencairkan suasana dengan fungsi yang sesungguhnya yakni menonjolkan penampilan dan sekaligus suara lantunan tembangannya yang sangat khas dan merdu. Namun dalam melakukan regenerasi pertunjukan wayang ini juga harus di dukung oleh jalur pendidikan di lembaga pendidikan. Sebab, dengan dukungan tersebut budaya wayang dapat berkembang dan tetap eksis di kalangan anak muda sekarang. PENUTUP Budaya lokal merupakan aset sekaligus sumber identitas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sebab, kehadirannya sangat dilestarikan dan kental dalam kehidupan sosialnya. Dan budaya wayang merupakan salah satu budaya yang terbukti mampu dikenal oleh seluruh masyarakat belahan dunia dan hingga diakui oleh UNESCO sebagai aset budaya nasional. Untuk itu, kita sebagai generasi muda Indonesia harus mampu mempertahankan dan melestarikan warisan budaya ini. Sungguh, tanpa adanya kontribusi dan segala upaya yang dapat dilakukan oleh generasi muda saat ini maka eksistensi budaya wayang akan tersingkir dan bahkan tergerus oleh budaya luar. Meskipun, wayang merupakan kesenian tradisional namun pembaruan yang dapat dilakukan di masa modern ini juga diharapkan mampu menarik perhatian dan simpati disamping persaingan budaya masyarakat luar negeri saat ini. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya Pertunjukan WayangKali penulis ini tidak akan membahas secara mendalam suatu peristiwa masa lampau, tetapi ingin sedikit membahas tentang perkembangan seni pertunjukan wayang. Seni pertujukan di Indonesia semakin berkembang di era modern ini, perkembangan ini menghasilkan variasi-variasi pertujukan baru. Dengan bermunculannya seni-seni pertunjukan baru di Indonesia menghasilkan budaya yang semakin beragam. Salah satu seni pertunjukan yang layak mendapat sorotan khusus adalah bukan hanya pergelaran yang bersifat menghibur, tetapi juga sarat akan nilai-nilai falsafah hidup. Di dalam cerita wayang, setiap tokohnya merupakan refleksi atau representasi dari sikap, watak, dan karakter manusia secara umum. Sehingga tidak mengherankan pada masa Walisanga, wayang dijadikan sebagai sarana dakwah. Wayang merupakan salah satu seni budaya bangsa Indonesia yang paling populer di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang yang semakin berkembang merupakan media penerangan, media dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta sebagai semakin berkembangnya seni pertunjukan wayang di Indonesia, ternyata juga muncul pro dan kontra. Seni pertunjukan wayang yang sebelumnya sebagai seni fungsional atau seni masyarakat berubah menjadi bentuk seni komersial dan menjadi barang dagangan yang mempunyai nilai ekonomi. Sedangkan isi atau nilai-nilai dalam karya seni yang berhubungan dengan kerohanian bergeser atau diganti oleh isi zaman terdapat pro-kontra dalam perkembangan wayang di Indonesia, dan semakin berkurangnya kepeduliaan generasi masa sekarang terhadap eksistensi wayang. Namun harus diakui wayang masih sebagai salah satu seni pertunjukan yang paling menonjol di Indonesia. Hingga saat ini wayang telah berkembang menjadi beragam variasi pertunjukan Pertunjukan Wayang di Era ModernSelama berabad-abad, budaya wayang berkembang menjadi beragam jenis. Kebanyakan jenis-jenis wayang itu tetap menggunakan Mahabarata dan Ramayana sebagai induk ceritanya. Jika pada masa klasik wayang hanya terdapat beberapa varian, pada masa modern ini berkembang menjadi bermacam-macam varian. Yang isinya pun tidak hanya berupa nilai-nilai kerohanian, namun berkembang mengikuti perkembangan perkembangan pewayangan periode modern, bermunculan wayang-wayang jenis baru seperti wayang suluh, wayang wahyu, wayang gedog, dan wayang kancil. Bermunculannya wayang-wayang jenis baru ini membawa suatu iklim baru di dalam dunia pewayangan. Seni pertunjukan wayang yang tadinya hanya dalam lingkup cerita Mahabrata dan Ramayana, menjadi semakin bervariasi. Contohnya adalah Wayang Suluh dan Wayang Pancasila yang menceritakan sejarah perjuangan bangsa. Yang menampilkan para pahlawan nasional sebagai lakon dalam pertunjukan wayang wayang di Indonesia tidak serta merta berasal dari kisah asli Indonesia. Pada masa modern ini juga berkembang pertunjukan wayang yang bersumber dari kisah-kisah yang berasal dari luar Indonesia. Wayang tersebut dikenal sebagai wayang Potehi, yang merupakan wayang yang menceritakan kisah-kisah yang berasal dari dataran jenis wayang ini juga dipengaruhi oleh keadaan budaya daerah setempat, misalnya Wayang Kulit Purwa, yang berkembang pula pada ragam kedaerahan menjadi Wayang Kulit Purwa khas daerah, seperti Wayang Cirebon, Wayang Bali, Wayang Betawi, Wayang Banjar, dan lain wayang di Indonesia sendiri sempat mengalami masa keterpurukan pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 sampai 1945. Saat itu budaya wayang mengalami masa suram. Kontrol dan pengawasan yang ketat terhadap para dalang dan pergelerannya oleh Keimin Bunka Sidosho, Badan Urusan Kebudayaan Pemerintah Pendudukan Jepang. Pada masa itu dalang sering dikumpulkan untuk dibina tentang cita-cita Asia timur raya. Pementasan wayang juga selalu diawasi oleh intel tetapi penyebab utama keterpurukan budaya wayang pada adalah keadaan ekonomi yang terpuruk, hal ini menyebabkan tidak ada orang yang mempunyai dana untuk menyelenggarakan wayang. Akibat dari keterpurukan ekonomi ini, sebagian dalang terpaksa beralih kemerdekaan seni wayang mulai bangkit dari keterpurukan. Sekitar tahun 1955-an Sukarno membuat tradisi yang membawa angin segar bagi budaya wayang. Secara berkala ia menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit purwa di Itana Negara, mengundang seniman-seniman wayang terkenal seperti Rusman, Darsi dan Surana dari Surakarta datang ke Jakarta untuk menari di hadapan tamu besar dari negara G30S/PKI sempat membuat kesenian Wayang menjadi makin surut kembali. Sebagian dalang dan seniman dilarang untuk mementaskan pertunjukan pewayangan lantaran banyak dari mereka tersangkut dalam organisasi terlarang, baik Lekra, Pemuda Rakyat, Maupun PKI. Akibat lain dari peristiwa tersebut pertunjukan wayang di beberapa daerah sulit mendapatkan izin menyelenggarakan pagelaran kesenian wayang yang semakin surut, usaha pelestarian kesenian wayang pun dilakukan antara lain dengan pembentukan organisasi-organisasi pewayangan dan pedalangan, serta usaha lain. Pekan wayang wong pernah diadakan di Jakarta pada akhir tahun 1971. Persatuan Pedalangan Indonesia PEPADI dibentuk untuk menghimpun para dalang sehingga mereka dapat saling bertukar pengalaman. Ada lagi organisasi dalang lainnya, yaitu pada tahun 1975 telah berdiri Sena Wangi Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia yakni sebuah organisasi sosial budaya yang bergerak dalam pelestarian dan pengembangan wayang. Sena Wangi bertujuan untuk mengkoordinasikan semua kegiatan pewayangan oleh organisasi, yayasan, maupun lembaga yang bergerak dalam bidang pewayangan dan seni itu, setiap lima tahun sekali menyelenggarakan Pekan Wayang Indonesia, dengan kegiatan utama Kongres Sena Wangi, pagelaran wayang, pameran dan dunia Wayang di Era ModernWayang Kulit Purwawayang PurwaWayang kulit purwa merupakan jenis wayang yang paling populer di masyarakat sampai saat ini. Wayang kulit purwa mengambil cerita dari kisah Mahabarata dan Ramayana. Peraga wayang yang dimainkan oleh seorang dalang terbuat dari lembaran kulit kerbau atau sapi yang dipahat menurut bentuk tokoh wayang dan kemudian disungging dengan warna warni yang mencerminkan perlambang karakter dari sang tokoh. Pergelaran wayang kulit purwa diiringi dengan seperangkat gamelan, sedangkan penyanyi wanita yang menyanyikan gending-gending tertentu, disebut pesinden atau pergelaran wayang kulit selalu dilakukan pada malam hari, semalam suntuk. Baru mulai tahun 1930-an beberapa dalang mulai mempergelarkan wayang ini pada siang hari. Kemudian, sejak tahun 1955-an beberapa orang dalang muda memprakarsai pemampatan waktu menjadi sekitar empat KlitikWayang KlitikWayang ini terbuat dari kayu pipih yang dibentuk dan disungging menyerupai wayang kulit purwa. Hanya bagian tangan peraga wayang yang bukan terbuat dari kayu pipih, melainkan terbuat dari kulit, agar lebih awet dan ringan menggerakannya. Pada wayang klitik , cempuritnya merupakan kelanjutan dari bahan kayu pembuatan wayangnya. Wayang ini diciptakan pada tahun wayang klitik juga diiringi oleh gamelan dan pesinden, tetapi tidak menggunakan kelir, sehingga penonton dapat melihat secara langsung. Selain itu, wayang klitik tidak ditancapkan di pelepah pisang seperti wayang kulit, melainkan menggunakan kayu yang telah diberi Orang / Wongwayang wong/orangWayang orang adalah seni drama tari yang mengambil cerita Ramayana dan Mahabarata sebagai induk ceritanya. Dari segi cerita, wayang orang ini, adalah perwujudan drama tari dari wayang kulit purwa. Pada awalnya, yaitu pertengahan abad ke-18, semua penari wayang orang adalah penari pria, tidak ada penari wanita. Jadi, pertunjukan ini agak mirip dengan ludruk yang ada di jawa orang diciptakan oleh Kangjeng Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I 1757-1795. Pertama kali wayang orang dipentaskan secara terbatas pada tahun 1760. Namun, baru pada masa pemerintahan Mangkunegara V pertunjukan wayang orang lebih memasyarakat, walaupun masih tetap terbatas dinikmati oleh kerabat keraton dan para masa pemerintahan Mangkunegara VII 1916-1944 kesenian wayang orang mulai diperkenalkan pada masyarakat di luar tembok keraton. Penyelenggaraan pertunjukan wayang orang secara komersial baru dimulai pada tahun 1922, dengan tujuan awal yaitu untuk mengumpulkan dana bagi kongres kebudayaan. Pada awalnya, pakaian para penari wayang orang masih sederhana. Sejalan dengan perkembangan wayang orang, kemudian muncullah gerak-gerak tari baru yang diciptakan oleh para seniman pakar tari keraton. Gerak tari baru tersebut antara lain, sembahan, sabetan, lumaksono, ngombak kayu, dan Gedogwayang gedogWayang gedog diciptakan oleh Sunan Giri untuk menceritakan Panji, yang merupakan cerita raja-raja Jenggala, mulai dari Prabu Sri Ghataya Subrata sampai dengan Panji Kudalaleyan. Bentuk wayang gedog ini mirip dengan bentuk wayang purwa, tetapi pada tokoh-tokoh rajanya tidak digunakan gelung supit urang. Pada wayang gedog, tidak ditemukan wayang raksasadan wayang kera. Semua wayang menggunakan kain kepala yang disebut hudeng Golekwayang golekGolek berarti “boneka” atau “mencari”. Hubungan antara kedua arti ini ialah dalam pengertian bulat, berkeliling, boneka adalah “bulat” dan mencari adalah berkeliling untuk mendapatkan sesuatu. Oleh karena itu, bentuk boneka wayang ini bulat, boneka ini terbuat dari kayu tetapi kebanyakan memakai kain dan jubah baju panjang.Banyak orang menyebut wayang ini dengan wayang tengul. Sumber ceritanya diambil dari sejarah, misalnya Untung Surapati, Batavia, Sultan Agung, Trunajaya, dan lain sebagainya. Wayang golek tidak menggunakan kelir seperti pada wayang Golek Menakwayang golek menakWayang Golek Menak atau yang juga disebut Wayang Tengul, juga menggunakan peraga wayang berbentuk boneka kecil. Selain berupa golek, Wayang Menak juga ada yang dirupakan dalam bentuk kulit. Wayang ini diciptakan oleh Ki Trunadipa, seorang dalang dari Baturetno, Surakarta, pada zama pemerintahan Mangkunegoro VII. Induk ceritanya bukan diambil dari Kitab Ramayana dan Mahabarata, melainkan dari Kitab Menak. Latar belakang cerita Menak adalah negeri Arab, pada masa perjuangan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Suketwayang suketWayang suket merupakan bentuk tiruan dari berbagai figure wayang kulit yang terbuat dari rumput Jawa suket. Wayang suket biasanya dibuat sebagai alat permainan atau penyampaian cerita pewayangan pada anak-anak desa di Jawa. Untuk membuatnya, beberapa helai daun rerumputan dijalin, lalu dirangkai dengan melipat membentuk figur serupa wayang kulit. Karena bahannya dari rumput, maka wayang ini biasanya tidak bertahan Suluhwayang suluhPementasan wayang suluh ini biasanya untuk penerangan masyarakat. Wayang ini tergolong wayang modern. Wayang ini terbuat dari kulit yang diberi pakaian lengkap lazimnya manusia, dan gambarnya pun mirip manusia. Cerita dari wayang suluh ini diambil dari kisah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. Diantara tokoh peraganya, antara lain terdapat Bung Karno, Bung Hatta, Bung Tomo, Syahrir, dan Jenderal tokoh pada wayang suluh berpakaian serupa pakaian yang sebenarnya, misalnya Bung Karno dan Bung Hatta mengenakan jas dan peci. Tokoh-tokoh wayangnya pun ditancapkan pada batang pisang. Gunungan yang dipakai pada wayang itu antara lain tergambar garuda Pancasila, lambang negara Pancasilawayang pancasilaWayang pancasila adalah cerita wayang mirip wayang purwa. Bedanya, tokoh-tokoh dalam wayang ini adalah pejuang-pejuang bangsa Indonesia, dan cerita dari wayang tersebut juga tentang perjuangan bangsa Indonesia. Wayang ini bertujuan untuk meningkatkan rasa nasionalime para Potehiwayang potehiWayang Potehi merupakan seni pertunjukan wayang yang berasal dari Tiongkok, tepatnya Tiongkok Selatan. Diperkirakan wayang Potehi sudah berumur 3000 tahun. Kesenian wayang ini dibawa oleh etnis Tionghoa yang datang ke Indonesia, kemudian menyebar ke penjuru nusantara. Wayang potehi menceritakan kisah-kisah dari negeri Tiongkok, di antaranya Si Jin Kui, Sam Pek Eng Thay. Wayang Potehi mempunyai ciri yang membedakannya dengan wayang-wayang jenis lain. Pertama, wayang Potehi merupakan wayang boneka yang terbuat dari kain, dalam pertunjukannya sang dalang memasukkan tangan ke dalam wayang tersebut, jadi hampir mirip seperti memainkan boneka tangan. Kedua, Pertunjukan wayang ini tidak diiringi oleh gamelan, melainkan sejenis musik yang disebut gubar-gubar, biola, dan Rizem. 2012. Atlas Tokoh-tokoh Wayang Yogyakarta Diva Press.Mulyono, Sri. Wayang. 1978. Asal usul, Filsafat, dan Masa Depannya Jakarta PT Gunung Agung.Tim Penulis Sena Wangi. 1999. Ensiklopedia Wayang Indonesia Jakarta Sena Wangi.Similar Posts › Kendati telah berusia ribuan tahun, wayang masih bertransformasi mengikuti dinamika zaman. Itu sebabnya wayang dapat terus relevan dengan kehidupan masa kini. Kompas/Hendra A Setyawan Sejumlah wayang kulit, wayang golek, dan wayang suket dipamerkan dalam pameran bertajuk ”Wayang Rupa Kita” di Bentara Budaya, Jakarta, Sabtu 20/11/2021. Pameran yang berlangsung hingga 4 Desember 2021 ini menampilkan wayang koleksi Bentara Budaya. Pameran bertujuan sebagai bentuk upaya Bentara Budaya untuk menjaga tradisi dan kebudayaan KOMPAS — Anggapan bahwa wayang adalah kebudayaan yang kuno dan kaku tidak tepat. Menurut catatan sejarah, wayang bertransformasi mengikuti dinamika zaman, baik dari segi bahasa lisan maupun media mendalang. Wayang diyakini tetap bisa relevan dengan konteks kehidupan ini mengemuka pada acara bincang wayang berjudul ”Pesona Indonesia” yang disiarkan Radio Sonora, Jumat 26/11/2021. Acara tersebut merupakan bagian dari rangkaian pameran Wayang Rupa Kita yang digelar di Bentara Budaya Jakarta pada 19 November hingga 4 Desember 2021. Kurator wayang di pameran tersebut sekaligus dalang, Nanang Hape, mengatakan, anak muda kerap dihakimi sebagai generasi yang berjarak dengan wayang dan tradisi. Padahal, jarak itu ada karena anak muda kerap terkendala bahasa pedalangan, bukan karena tidak tertarik pada wayang.”Mereka tidak dekat dengan wayang karena tidak paham dengan bahasanya, tidak punya cukup waktu untuk menonton pertunjukan wayang semalam suntuk, dan sebagainya,” kata GANDHAWANGI Nanang Hape, kurator wayang di pameran Wayang Rupa Kita di Bentara Budaya Jakarta, Selasa 23/11/2021.Itu sebabnya, ia berupaya membuat pertunjukan wayang dengan sejumlah penyesuaian, baik dari segi bahasa, durasi, maupun ritme. Ia juga membuat siniar podcast di Spotify untuk menyampaikan dongeng wayang. Setidaknya ada 15 judul siniar berdurasi 2-10 menit yang telah diunggah. Siniarnya bertajuk ”Dongeng Wayang”.Baca juga Wayang, Media Belajar Filosofi KehidupanTransformasi wayang juga terjadi beberapa abad silam. Nanang mengisahkan, pada masa kerajaan Kediri, wayang masih menggunakan bahasa Jawa Kuna. Bahasanya berubah menjadi bahasa Jawa baru sekitar masa Kerajaan Demak, setelah Majapahit itu menunjukkan fleksibilitas wayang dalam menghadapi perkembangan zaman. Fleksibilitas itu juga membuat wayang dapat bertahan sejak keberadaannya tercatat di abad ke-4 hingga kini di abad ke-21.”Wayang berkembang dan beradaptasi pada setiap zaman. Yang berubah biasanya adalah media ungkapnya. Sementara teks-teks rujukannya masih bertahan hingga sekarang,” ucap GANDHAWANGI Bayangan sejumlah wayang pada pameran Wayang Rupa Kita di Bentara Budaya Jakarta, Kamis 18/11/2021. Pameran ini dibuka untuk umum pada 19 November hingga 4 Desember 2021. Ada lebih dari 120 wayang yang ditampilkan dalam 17 adegan teknologi menjadi tantangan sekaligus peluang. Kisah wayang dapat disampaikan ke publik dengan berbagai cara dan format, tidak melulu dengan pertunjukan semalam suntuk. Wayang dapat disampaikan pula dalam bentuk novel, cerpen, lukisan, tarian, dan juga bisa dikembangkan menjadi animasi atau film. Kuncinya, pegiat pewayangan perlu belajar keterampilan-keterampilan baru yang menunjang hal juga Wayang, Media Belajar Filosofi KehidupanSaat dihubungi terpisah, budayawan Sudarko Prawiroyudo mengatakan, pergelaran wayang mesti disesuaikan dengan kondisi masa kini. Format pergelaran wayang semalam suntuk dapat disingkat. Bahasa pedalangan pun dapat diubah menjadi bahasa Indonesia.”Kalau menggunakan format masa dulu, ya, tidak cocok karena semua hal berubah. Ceritanya pun dapat diubah sedemikian rupa sehingga kekininan,” kata Sudarko. ”Sebagai contoh, saya pernah membuat pergelaran wayang dengan gamelan, terompet, dan lampu. Itu menyenangkan buat ditonton. Pergelaran itu saya buat bersama Ki Manteb Soedarsono pada 1986,” RUKMORINII Bambang Eka Prasetya membawa wayang rusa, figur rusa Sarabha dari cerita relief candi yang baru saja dikisahkannya kepada para siswa TK dan SD Kanisius di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jumat 19/11/2021.”Wayang Rupa Kita”Adapun publik dapat mengenal wayang melalui pameran ”Wayang Rupa Kita” di Bentara Budaya Jakarta. Sedikitnya ada 120 wayang yang ditampilkan. Wayang-wayang itu terbagi dalam 17 tersebut terbuka untuk umum. Publik dapat mengakses pameran ini secara daring di kanal Youtube Bentara Budaya Jakarta. Pameran ini juga dapat dikunjungi secara langsung setiap hari, kecuali Minggu, pada pukul Namun, pengunjung harus melakukan registrasi di laman Bentara Budaya Jakarta terlebih A Setyawan Sejumlah wayang kulit, wayang golek, dan wayang suket dipamerkan dalam pameran bertajuk ”Wayang Rupa Kita” di Bentara Budaya, Jakarta, Sabtu 20/11/2021. Pameran yang berlangsung hingga 4 Desember 2021 ini menampilkan wayang koleksi Bentara Budaya. Pameran bertujuan sebagai bentuk upaya Bentara Budaya untuk menjaga tradisi dan kebudayaan Bentara Budaya Paulina Dinartisti mengatakan, seni tradisi termasuk wayang kerap dianggap tua oleh generasi muda. Mempresentasikan wayang dalam bentuk digital pun diupayakan untuk mengikis jarak generasi tersebut.”Kami berharap seni tradisi dapat terus melembaga dan direspons masyarakat luas, khususnya generasi muda. Sebab, siapa lagi yang akan meneruskan tampuk seni tradisi jika bukan generasi muda?” ucap juga Keteladanan Wayang untuk Membangun Karakter Bangsa EditorAloysius Budi Kurniawan

pertunjukan wayang tersebut mampu bertahan sampai sekarang karena